Sabtu, 03 November 2012

Permasalahan Sosial Dalam Ruang Lingkup Individu, Keluarga dan Masyarakat



1. PENGERTIAN 

> MASALAH SOSIAL 
Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi benterokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

> PENGERTIAN INDIVIDU

Individu berasal dari kata latin.”individuum” artinya”yang tak terbagi”.Dalam ilmu sosial,individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa,yang tak seberapa mempengaruhi kehidupan manusia.Individu bukan berati manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,melainkan sebagai kesatuan yang terbatas,yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serrta pola tingkah laku spesifik dirinya.
>PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah orang-orang yang memiliki ikatan dengan kita , ada yang disebut keluarga karena hubungan darah/ keturunan dan ada yang disebut keluarga karena ikatan emosi ( seperti sohib yang sudah deket banget, atau temen2 sekolah yang hampir separuh lebih hari-hari kita habiskan bersama mereka ) :)

>PENGERTIAN MASYARAKAT
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem kehidupan, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada 



2. PERMASALAHAN SOSIAL DALAM RUANG LINGKUP


> INDIVIDU
Sekarang ini bangsa Indonesia mengalami degradasi moral yang sangat tajam. Kesalahan orang tua ataupun guru dalam mendidik anak menjadikan individu tersebut ketika dewasa mengalami orientasi berpikir yang keliru. Dulu ketika masih anak-anak orang tua biasa “ngudang” seperti ini: anakku…sesuk nek gedhe dadiyo dokter, ben iso numpak sekuter…(anakku,nanti kalo besar jadilah dokter, agar bisa naik skuter/vespa). Adakah yang salah dengan hal diatas? Sebenarnya hal tersebut wajar, tetapi dalam hal psikologis hal tersebut telah menanamkan anak untuk berjiwa materialistik. Dan setelah dewasa, orientasi anak tersebut juga tidak jauh-jauh dari hal yang bersifat materi. Contoh: cari pacar yang kaya, cari penghasilan yang banyak atau apapun seperti yang tergambar di sinetron saat ini. Jika keinginan tersebut gagal bagaimana?
Keinginan seseorang untuk memberikan suatu hal yang lebih kepada orangtua,anak ataupun istri adalah dambaan setiap orang. Karena sekarang ini standar kebutuhan tinggi maka seseorang merasa takut menjadi manusia yang gagal. Menjadi berbahaya jika seorang tersebut melakukan hal-hal menyimpang untuk memenuhi standar yang tinggi. kenapa orang berani melakukan pencurian,korupsi,penggelapan atau hal kriminal yang lain?! Tentunya tidak lepas dari orientasi berpikir yang keliru terebut. Bersyukur atas pemberian tuhan ataupun “narimo ing pandum” sebenarnya lebih membuat hidup seseorang menjadi santai, jauh dari tekanan dan pada akhirnya menjauhkan diri dari perilaku menyimpang.
Jika kegagalan-kegagalan individu tersebut menyeruak di dalam kehidupan bermasyarakat, maka akan terjadi masalah serius dalam masyarakat tersebut. Pengangguran yang tinggi tentunya menjadi pemicu utama dari perbuatan menyimpang, percekcokan rumah tangga ataupun perceraian sampai hal yang tidak populer seperti bunuh diri.  Dalam penelitian darmaningtyas dikatakan bahwa bunuh diri diyakini akibat adanya “pulung-gantung” yang jatuh didaerah tersebut. Tetapi kenyataan yang didapat setelah mengadakan penelitian begitu mengejutkan. Semua pelaku ternyata memiliki masalah pribadi yang sangat pelik dan tidak ada tempat berbagi untuk meringankan masalahnya. Sakit yang menahun, kondisi geografis yang jauh dari “peradaban” dan kemiskinan menjadi faktor utama penyebab bunuh diri. karena tidak bisa bersosialisasi dengan keadaan tersebut menjadikan pelaku terisolasi hidupnya dan akhirnya bunuh diri menjadi pilihan terakhir. Lebih ironis lagi jika keluarga tersebut melakukan bunuh diri secara “estafet”. Maksudnya bunuh diri dilakukan dari generasi ke generasi berikutya, tempatnya pun memilih tempat yang sama.
Kenapa hal tersebut terus terjadi? apakah pemerintah tidak melakukan apapun saat ini? Jangan berharap banyak dari pemerintah, karena pejabat-pejabat saat ini juga sedang mengalami “sakit”, bahkan sangat kronis. Sebagai penangkal kita harus bisa berubah, mulailah dari “mindset” atau orientasi berpikir yang lebih baik. Tidak semua hal bisa diukur dengan materi dan jauhkan pemikiran bahwa rejeki  itu = uang/penghasilan. Sebuah pemikiran yang dangkal, ingat bahwa kesehatan, kehidupan yang damai, keluarga yang harmonis, isrtri yang cantik, suami yang gagah dan ganteng ataupun anak-anak yang lucu dan sehat juga merupakan sebuah rejeki.
Bagaimana mensiasati masalah pengangguran? Sebenarnya pekerjaan sangat banyak dan kontribusi kita masih sangat diharapkan. Tetapi yang dicari pelamar kerja saat ini adalah penghasilan yang tinggi dan dampak dari hal tersebut adalah penumpukan pengangguran di negeri ini..salah satu hasil dari penanaman orientasi berpikir yang keliru. banyak posisi di sebuah perusahaan yang diisi oleh expatria. Kalau sudah begini semua pihak jadi saling menuding dan mencari-cari kesalahan.

>  KELUARGA
Keluarga merupakan satuan terkecil dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar perkawinan dan memiliki hubungan darah. Dalam satu keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak, yang bisa kita sebut dengan keluaga inti(nuclear family). Di dalam kehidupan keluarga tentu saja ada hambatan atau masalah-masalah dalam menjalankannya dan itu tidak dapat dipunkiri lagi.
Masalah-masalah ini terjadi karena disebabkan adanya unsur atau aturan-aturan tertentu yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga dampak yang terjadi adalah rasa kekecewaan dan penyesalan. Masalah sosial dalam keluarga dapat diklasifikasikan atas dasar faktor ekonomi, faktor biologis, dan faktor psikologi. Berikut adalah penjelasannya.
-            Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi biasanya menjadi masalah utama dalam keluarga. Misalnya kemiskinan, yang sampai saat ini masih sulit diberantas oleh negara kita ini. Karena kemiskinan orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan sesuap nasi untuk bertahan hidup. Dan pada akhirnya bisa menjerumuskan dirinya pada tindakan kriminal. Lalu bagi mereka yang memiliki pekerjaan tetapi masih sulit untuk memenuhi kebutuhannya karena pendapatannya yang rendah. Dalam masalah ini setiap orang harus berfikir positif dan meningkatkan keahliannya dalam pekerjaan.
-           Faktor Biologis
Masalah yang ada dalam faktor biologis adalah masalah perceraian. Sedangkan perceraian itu dapat memberikan dampak negatif dan merugikan orang lain. Contohnya orang tua yang bercerai akan memberikan dampak bagi sang anak. Apalagi dimana sang anak belum mengerti apa-apa. Ini dapat menimbulkan pertanyaan bagi sang anak, kenapa orang tuanya bercerai. Dalam masa ini sang anak seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bagi para orang tua masalah ini seharusnya diperhatikan, agar tidak berdampak buruk pada kepribadian sang anak.
-           Faktor Psikologi
Faktor psikologi sangat erat kaitannya dengan masalah anak. Contohnya sifat otoriter orang tua. Ini dapat memberikan tekanan mental dan ketakutan bagi sang anak. Dalam keluarga, orang tua memiliki peran utama untuk membentuk kepribadian pada anak yang bertujuan untuk menghasilkan kepribadian yang baik. Sifat otoriter yang berlebihan akan menimbulkan konflik dalam diri anak, terutama di dalam masyarakat modern yang semakin dinamis, anak tidak dapat membentuk sikap mandiri dalam bertindak sesuai dengan peranan yang harus di jalankan. Bila peran orang tua tidak berjalan sesuai dengan semestinya, maka dapat menimbulkan sang anak untuk terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif atau menyimpang. Oleh karena itu, sebaiknya sang anak harus diberikan pengertian yang mendalam untuk memiliki pergaulan yang bersifat positif.
Pada dasarnya masalah-masalah sosial dalam keluarga timbul karena didalam diri kita tidak dapat berfikir jernih dan positif dan lebih mementingkan ego dalam diri kita. Seandainya kita dapat berfikir jernih dan positif dan bisa mengendalikan diri, insya Allah masalah-masalah yang dihadapi akan menemukan jalan keluar dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

>   MASYARAKAT


Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
            Memang di dunia ini tidak ada satu mahluk pun yang sempurna dari segala sisi kehidupannya.
            Di negara-negara miskin dan yang sedang membangun, pasangan yang baru saja menikah, biasanya langsung terjun dalam proyek mempunyai anak, karena memang itulah tujuan pernikahan bagi mereka, membentuk sebuah keluarga.


            Di sisi lain, banyak anak-anak perempuan umur belasan tahun yang hamil akibat dari kelengahan mereka yang tidak menggunakan proteksi ketika berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Di mana pada kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak siap dengan kedatangan bayi tersebut.
            Mereka akhirnya berakhir di klinik-klinik aborsi yang banyak direkomendasikan dari mulut ke mulut. Dan yang lebih parah lagi, ada juga yang tega meninggalkan bayi-bayi itu di tempat sampah, di jalanan. Sebagian bayi-bayi buangan beruntung ditemukan orang dan segera diselamatkan. Sebagian lain meninggal karena dehidrasi, kedinginan dan timbulnya komplikasi-komplikasi lainnya yang tak dapat dihindari ketika bayi itu ditinggal sendirian di jalanan.
            Di sisi yang lain, di negara-negara maju, banyak pasangan yang setelah hidup bersama atau menikah, lebih memilih untuk menunggu dulu sampai akhirnya mereka merasa siap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Walaupun sebagian besar tidak mempunyai anak karena alasan ekonomi dan atau prinsip-prinsip yang mereka pegang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar